AHMAD HAFIDZ ZAINI
Jum’at,31 Desember 2021 Pkl.09.52 WIB
Myindonesia.news – JAKARTA – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Bustanul Arifin meminta kepada kemitraan peternak rakyat dengan skala menengah dan besar dievaluasi.
Menurutnya, kenaikan harga telur ayam yang mencapai Rp 34 ribu dalam beberapa minggu terakhir menunjukan adanya persoalan pada pola kemitraan antara peternak rakyat dengan peternak menengah dan besar.
Untuk itulah, dia meminta evaluasi untuk membenahi persoalan produksi yang menyebabkan kenaikan harga telur di tengah meningkatnya permintaan.
“Tidak mulusnya pola kemitraan itu membuat sistem produksi peternak rakyat tidak kuat,” kata Bustanul di gedung Bina Graha, dikutip dari siaran resmi KSP, Kamis (30/12).
Menurut Bustanul, sistem produksi peternakan telur ayam secara nasional kurang kuat. Pasalnya, adanya hantaman varian covid-19 Delta ada pertengahan 2021 ini, banyak membuat peternak kecil atau peternak rakyat banyak yang gulung tikar.
Banyaknya peternak rakyat yang tutup membuat produksi telur nasional tidak mampu memenuhi kenaikan permintaan saat menjelang Natal dan Tahun Baru.
Terlebih, kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah dilonggarkan, yang membuat permintaan telur semakin meningkat.
“Saat permintaan naik seperti saat Natal dan Tahun Baru, peternak kesulitan memenuhinya,” ucap Bustanul.
Ia menilai, jika pemerintah melakukan intervensi dengan pengaturan harga referensi tidak akan memecahkan masalah, melainkan malah akan memunculkan masalah lain dengan dimensi yang berbeda.
“Ini masalahnya pada struktural. KSP akan mengkomunikasikannya pada Kementerian Pertanian (Kementan), termasuk soal batasan pembudidayaan ayam petelur yang dilakukan oleh pihak integrator,” tutur Bustanul.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Unggas Nusantara Kadma Wijaya mengatakan kenaikan harga telur ayam ras dalam beberapa hari terakhir karena permintaan yang mulai naik, baik secara individu, maupun dari tempat-tempat hiburan.
“Permintaan naik, pembuatan kue mulai banyak, sudah mulai aktivitas tempat hiburan, dan pusat perbelanjaan sudah ramai,” ujar Kadma.
Selain itu, pemberian bantuan sosial telur juga disebut menjadi pendorong naiknya harga telur yang di beberapa wilayah hingga mencapai Rp34.000 per kilogram.